KUDUS, suaramuria.com – Puluhan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dibangkitkan selama pandemi. Upaya pengembangan pengelolaan BUMDes sesuai dengan kondisi pandemi.
”Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan kepada perekonomian nasional,” kata Public Affairs Senior Manager PT Djarum Purwono Nugroho.
Pihaknya melakukan sejumlah upaya agar BUMDes dapat menjadi penggerak roda perekonomian yang berawal dari desa. Program pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes dilakukan PT Djarum dan Lokadata.id diawali dengan melakukan riset dan pemetaan secara mendalam. Langkah itu didukung sistem pengawasan capaian SDGs secara sistematis dan terintegrasi.
BACA JUGA : Pemkab Kudus Ajak BUMDes Buka Layanan Pembayaran PBB
Sistem ini menggunakan wadah bernama Dashboard Lokadata yang memuat data-data temuan capaian SDGs dari level provinsi, kabupaten dan kota, hingga ke desa. Banyak Banyak faktor penyebab minimnya kontribusi BUMDes dalam pertumbuhan ekonomi.
Temuan faktor penyebab itu antara lain terbatasnya kualitas SDM, tata kelola BUMDes, hingga minimnya pemahaman potensi desa sebagai basis usaha BUMDes.
Dalam data roadmap yang tercatat di sistem Lokadata.id pada tahun 2020 tercatat 33 BUMDes di Kudus dengan rincian 21 BUMDes yang tidak aktif, 10 BUMDes aktif dengan kategori mendasar, dan dua BUMDes aktif dengan kategori bagus.
Implementasi Program
Implementasi program itu dengan cara menggelar sejumlah pelatihan sejak pertengahan tahun 2019. pelatihan melibatkan sedikitnya 50 desa di Kudus, baik yang telah memiliki BUMDes maupun yang baru akan mendirikan.
”Pelatihan melalui berbagai format mulai dari seminar untuk memberikan pemahaman regulasi dan kelembagaan BUMDes. Peserta juga melakukan diskusi kelompok dan praktik dengan materi analisis kelayakan usaha, perencanaan bisnis dan manajemen,” jelasnya.
Hasil pantauan, terdapat empat BUMDes yaitu Desa Rahtawu dengan BUMDes unit usaha wisata dan unit produk kopi, Desa Garung Lor dengan BUMDes unit usaha pengelolaan sampah, Desa Glagah Kulon dengan BUMDes unit produk madu, dan Desa Megawon dengan BUMDes unit produk sangkar burung, yang cukup potensial.
Selain itu PT Djarum juga menggandeng platform e-commerce Blibli.com dalam melakukan pendampingan teknis ke sejumlah pengelola BUMDes terkait pemasaran secara daring. Salah satu BUMDes yang berkembang pesat adalah BUMDes unit produk madu di Desa Glagah Kulon.
Produk madu dengan merek Madu Muria ini telah memiliki standar kualitas dan strategi pemasaran yang baik. Hal ini tidak terlepas dari pendampingan teknis secara intensif dari Blibli.com. Salah satu e-Commerce itu mengajarkan trik pemasaran kreatif secara daring untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.
”PT Djarum akan terus melanjutkan komitmen mendukung pencapaian tujuan SDGs melalui BUMDes,” tandasnya.
Dalam jangka panjang ia berharap melalui program ini, dari 123 desa yang ada di Kabupaten Kudus masing-masing memiliki sedikitnya satu BUMDes yang tumbuh dengan baik dan mendorong perekonomian masyarakatnya.
”Dengan semakin banyak BUMDes yang mampu mengelola potensi ekonomi dan sumber daya desa dengan baik dan benar, maka ekonomi desa akan semakin kuat dan menciptakan masyarakat desa yang makmur dan sejahtera,” ujarnya.
Kegiatan Webinar Desa Seri Ketiga dengan tema “Menggali Potensi Permodalan BUMDes”, melalui aplikasi Zoom dan Youtube, pada Kamis (3/12). Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengapresiasi upaya PT Djarum sebagai pihak swasta yang melakukan program pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes.
Peningkatan kapasitas pengelolaan BUMDes akan membantu menyejahterakan masyarakat pedesaan. Upaya itu sekaligus mendukung tujuan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) oleh pemerintah.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak swasta yang telah membantu BUMDes,” tandasnya. (srm)